Profil Desa Jompo

Ketahui informasi secara rinci Desa Jompo mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Jompo

Tentang Kami

Desa Jompo, Kecamatan Kalimanah, merupakan pusat UMKM konveksi daster terkemuka di Purbalingga. Didukung lokasi strategis dekat Bandara JBS, desa ini bertransformasi menjadi etalase produk lokal yang dinamis dengan potensi ekonomi yang terus berkembang.

  • Pusat Konveksi Daster

    Desa Jompo ialah rumah bagi "Kampung Daster", sebuah klaster industri rumahan dengan puluhan UMKM yang memproduksi dan memasarkan pakaian daster hingga ke luar daerah.

  • Lokasi Strategis

    Berada di jalur nasional dan berdekatan langsung dengan Bandara Jenderal Besar Soedirman (JBS), Desa Jompo memiliki keunggulan aksesibilitas dan potensi besar dalam sektor jasa penunjang.

  • Inovasi Pemasaran Desa

    Melalui pembangunan rest area desa yang modern, pemerintah desa secara proaktif menciptakan pusat pemasaran terpadu untuk mempromosikan seluruh produk unggulan UMKM lokal.

Pasang Disini

Di tengah lanskap Kabupaten Purbalingga yang dinamis, Desa Jompo di Kecamatan Kalimanah menjelma sebagai salah satu episentrum ekonomi kreatif yang paling menonjol. Desa ini bukan sekadar sebuah unit administrasi pemerintahan, melainkan sebuah ekosistem usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang hidup dan berdenyut, terutama melalui industri konveksi daster yang telah melegenda. Dengan posisinya yang sangat strategis, berbatasan langsung dengan akses vital transportasi darat dan udara, Desa Jompo secara efektif memadukan potensi lokal dengan peluang regional, menjadikannya salah satu desa dengan pertumbuhan paling prospektif di Purbalingga.

Secara geografis, Desa Jompo menempati wilayah seluas 118,73 hektar. Wilayah ini terbagi atas lahan persawahan dan pemukiman yang padat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2021, desa ini dihuni oleh 5.553 jiwa, yang terdiri dari 2.795 penduduk laki-laki dan 2.758 penduduk perempuan. Dengan jumlah tersebut, tingkat kepadatan penduduknya mencapai sekitar 4.677 jiwa per kilometer persegi, menunjukkan karakter pemukiman yang cukup padat dan aktif. Desa dengan kode pos 53371 ini secara administratif terbagi menjadi 3 Dusun, 5 Rukun Warga (RW), dan 26 Rukun Tetangga (RT), sebuah struktur yang menopang tatanan sosial dan pemerintahan yang berjalan efektif.

Jejak Sejarah: Dari Markas Logistik Perang Hingga Nama "Jompo"

Sejarah Desa Jompo terikat erat dengan narasi kepahlawanan dan cerita rakyat yang diwariskan secara lisan dari generasi ke generasi. Menurut penuturan para sesepuh desa, nama "Jompo" berasal dari sosok seorang tokoh sakti di masa lampau yang dikenal dengan sebutan "Mbah Jompo". Beliau diyakini sebagai salah satu tokoh yang membuka lahan dan mendirikan permukiman pertama di wilayah tersebut, menjadikannya figur yang sangat dihormati dalam memori kolektif masyarakat.

Selain legenda Mbah Jompo, desa ini juga menyimpan jejak sejarah yang lebih konkret terkait dengan perjuangan Pangeran Diponegoro melawan kolonial Belanda pada periode Perang Jawa (1825-1830). Konon, wilayah Desa Jompo pada masa itu dijadikan sebagai salah satu basis logistik dan lumbung pangan bagi pasukan Pangeran Diponegoro yang beroperasi di sekitar Karesidenan Banyumas. Lokasinya yang tersembunyi namun subur menjadikannya tempat yang ideal untuk menyuplai kebutuhan para pejuang. Kisah heroik ini memberikan kebanggaan tersendiri bagi warga desa dan menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas historis Desa Jompo.

Tata Kelola Pemerintahan dan Visi Ekonomi Kerakyatan

Pemerintahan Desa Jompo, di bawah kepemimpinan Kepala Desa Wachyono, menunjukkan visi yang jelas untuk mendorong kemandirian ekonomi berbasis potensi lokal. Prioritas utama pemerintah desa ialah penguatan dan fasilitasi sektor UMKM yang menjadi tulang punggung perekonomian warga. Visi ini tidak hanya berhenti pada retorika, tetapi diwujudkan melalui berbagai program strategis yang berdampak langsung bagi masyarakat. Salah satu bukti nyata komitmen ini ialah alokasi Dana Desa untuk pembangunan infrastruktur penunjang ekonomi.

"Kami melihat potensi luar biasa dari UMKM di desa kami, terutama konveksi daster. Oleh karena itu, prioritas kami adalah menciptakan ekosistem yang mendukung mereka untuk terus tumbuh dan berkembang," ungkap Wachyono dalam sebuah kesempatan. Komitmen ini tercermin dalam pembangunan Rest Area Desa Jompo, sebuah proyek ambisius yang dirancang sebagai etalase modern untuk semua produk unggulan desa. Langkah ini menunjukkan pola pikir pemerintahan yang proaktif, tidak hanya menunggu bola, tetapi menciptakan peluang pasar baru bagi warganya. Dengan tata kelola yang fokus pada pemberdayaan, Pemerintah Desa Jompo berhasil menjadi motor penggerak utama transformasi ekonomi di tingkat desa.

Nadi Perekonomian: Geliat Kampung Daster dan Inovasi Produk Lokal

Kekuatan ekonomi Desa Jompo bertumpu pada kreativitas dan keuletan warganya dalam mengelola usaha skala rumahan. Dari puluhan unit usaha yang tersebar, industri konveksi daster dan UMKM pengolahan makanan menjadi dua pilar utama yang menopang kesejahteraan masyarakat.

Kampung Daster: Ikon Industri Kreatif Desa Jompo

Jika berbicara tentang Desa Jompo, maka "Kampung Daster" ialah identitas yang tidak bisa dilepaskan. Terpusat di wilayah RW 01, klaster industri ini menampung lebih dari 35 pelaku UMKM yang bergerak di bidang produksi dan penjualan daster (pakaian santai wanita). Usaha yang mayoritas dikelola oleh ibu rumah tangga ini telah berevolusi dari sekadar pengisi waktu luang menjadi sumber pendapatan utama bagi banyak keluarga.

Aktivitas di Kampung Daster berdenyut hampir sepanjang hari. Mulai dari pemotongan kain, proses menjahit, hingga pengemasan dilakukan di rumah-rumah warga. Model dan corak daster yang diproduksi pun terus mengikuti tren pasar, menunjukkan kemampuan adaptasi para perajin. Produk-produk dari Kampung Daster tidak hanya dipasarkan di Purbalingga, tetapi telah merambah ke berbagai kota di Jawa Tengah bahkan hingga ke luar pulau melalui jaringan reseller dan penjualan daring. Keberhasilan Kampung Daster menjadi bukti nyata bagaimana industri padat karya skala kecil dapat memberikan dampak ekonomi yang signifikan, menciptakan lapangan kerja, dan mendorong kemandirian ekonomi perempuan.

UMKM Pangan dan Potensi Agrikultur

Di samping dominasi konveksi, Desa Jompo juga memiliki sektor UMKM pangan yang tidak kalah potensial. Berbagai produk makanan olahan seperti stik keju, kue kering, dan rengginang diproduksi oleh warga dengan cita rasa khas. Usaha-usaha ini, meskipun skalanya lebih kecil, turut memberikan warna pada lanskap ekonomi desa dan menyediakan alternatif sumber pendapatan bagi masyarakat.

Dari sisi agrikultur, keberadaan lahan persawahan di Desa Jompo menjadi penyangga ketahanan pangan lokal. Lahan ini dimanfaatkan untuk menanam padi dan berbagai tanaman palawija, yang hasilnya digunakan untuk konsumsi lokal maupun dijual ke pasar terdekat. Sinergi antara hasil pertanian dan industri pengolahan makanan menjadi peluang yang terus dikembangkan untuk meningkatkan nilai tambah produk agrikultur desa.

Rest Area Jompo: Gerbang Pemasaran dan Etalase Desa

Menyadari potensi strategis lokasinya yang berada di jalur utama menuju Bandara Jenderal Besar Soedirman, Pemerintah Desa Jompo mengambil langkah inovatif dengan membangun sebuah rest area atau area rehat. Pembangunan fasilitas yang dibiayai oleh Dana Desa ini bukan sekadar tempat singgah, melainkan sebuah pusat pemasaran terpadu yang dirancang untuk menjadi "wajah" Desa Jompo.

Rest Area Jompo difungsikan sebagai galeri bagi seluruh produk unggulan desa. Kios-kios yang tersedia diisi oleh para pelaku UMKM, mulai dari penjual daster, produsen makanan ringan, hingga produk kerajinan lainnya. Dengan konsep ini, para pelancong dan pengguna jalan yang singgah dapat dengan mudah melihat dan membeli produk-produk asli Desa Jompo. Fasilitas ini secara efektif memotong rantai distribusi yang panjang dan memberikan akses pasar langsung bagi para produsen. Keberadaan rest area ini merupakan cerminan dari visi desa yang modern dan mandiri, sebuah langkah strategis untuk menyambut peluang ekonomi dari meningkatnya lalu lintas di sekitar bandara dan mempertegas posisi Desa Jompo sebagai desa wirausaha yang dinamis di Purbalingga.